Pelabuhan Probolinggo di Jawa Timur memiliki potensi untuk digunakan sebagai pangkalan kapal-kapal tol laut, mengingat lokasinya yang strategis dan tak ada antrean kapal di pelabuhan tersebut, sehingga bisa lebih efisien.
Dulu tahun 2018, pelabuhan yang berlokasi di kecamatan Mayangan ini pernah disinggahi Kapal Logistik Nusantara 1 berkapasitas 7.738 gross tonnage (GT) yang mampu menampung 520 kontainer. Tapi kenapa program tol laut itu tak berkelanjutan dari pelabuhan Probolinggo ini.
Padahal para pengusaha yang berada di daerah Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo sudah antusias dengan adanya rencana kapal tol laut masuk ke pelabuhan Probolinggo.
Rutenya, yakni Surabaya ke Tahuna di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, dengan beberapa kali sandar di beberapa pelabuhan. Seperti Probolinggo, Makassar, dan Bitung.
Ocean Week yang menanyakan kepada KSOP Probolinggo Capt. Subuh mengenai apakah ada rencana kembali untuk kapal tol laut masuk ke pelabuhan Probolinggo, hanya diajwab ada memang pembicaraan itu dengan sejumlah pihak.
Namun untuk masalah ini, penentuannya ada di Kemenhub.
Menurut Subuh, banyak potensi perdagangan dari daerah sekitar Probolinggo seperti dari kabupaten Trenggalek, dan wilayah lain yang pengapalannya melalui Surabaya (Tanjung Perak).
Sementara itu, Agus Edi Sumanto (Dirut BUP DABN) menyatakan sangat mendukung jika pelabuhan Probolinggo dimasikkan ke dalam trayek tol laut.
“Kami akan berkirim surat ke gubernur Jatim (Khofifah Indar Parawansa) agar bliau (gubernur Jatim) menyurati ke Kemenhub untuk maksud agar pelabuhan Probolinggo masuk dalam program tol laut,” kata Agus saat dikonfirmasi Ocean Week, di kantornya, Jumat (20/8).
Agus juga sempat memperlihatkan kepada Ocean Week lapangan penumpukan untuk petikemas jika kapal tol laut masuk pelabuhan Probolinggo.
Dengan adanya tol laut ini, diharapkan harga komoditas menjadi lebih murah, mengingat barang-barang yang akan dikirim ke luar Jawa (Indonesia timur) tak perlu lagi dibawa ke Surabaya.
Apalagi alur kapal dari timur seperti dari Sulawesi, Irian, Maluku, dan lainnya lebih cepat masuk Probolinggo dari pada ke Surabaya karena kapal tak perlu memutar, sebab alur pelayarannya lebih dekat dibandingkan ke Surabaya.
“Jika barang-barang di sekitar Probolinggo dibawa ke Surabaya dulu, ada cost-nya. Padahal, dari Surabaya juga melintasi Probolinggo,” ungkapnya.
Disinggung mengani akses jalan dari dan ke pelabuhan yang padat dengan berbagai kendaraan (truk dan kendaraan umum), baik Subuh maupun Agus mengatakan bahwa hal itu juga sudah didiskusikan dengan banyak pihak, terutama pemerintah kota Probolinggo.
Agus berharap pemerintah (Menhub) akan mempertimbangkan kapal tol laut dapat singgah di pelabuhan Probolinggo. (***)